PKS Jatim Gelar Webinar Ramadhan Healing, Bahas Bagaimana Puasa Bisa Menyembuhkan Luka Batin dan Penyakit Hati

Jombang.pks.id. – Tidak semua memahami bahwa Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk menyembuhkan berbagai luka batin dan penyakit fisik. Untuk itulah, Bidang Kesejahteraan Sosial (Kesos) DPW PKS Jatim menggelar Webinar Ramadhan Healing, Ahad, 10 April 2022.

Kegiatan yang mengambil tema ‘Ramadhan Menyembuhkan Luka Batin dan Penyakit’ ini mengundang dua nara sumber, Ketua Dewan Etik Daerah DPD PKS Surabaya Ustadz Faturrahman Masrukan Lc MA MED dan Ketua Bidang Kesos DPW PKS Jatim dr Jojok Santoso SpPD FINASIM.

Ketua DPW PKS Jatim Irwan Setiawan dalam sambutannya menyampaikan mengapa kegiatan ini digelar. Menurutnya, masyarakat saat ini sudah mengalami masa Pandemi Covid-19 yang panjang. Dalam pandemi itu, ia menyebutkan, tidak sedikit dari kita meninggalkan berbagai luka batin yang mendalam, Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk menyembuhkan berbagai luka itu.

Dalam Pandemi-Covid-19 ini, tidak sedikit yang ditinggalkan orang-orang yang dicintainya. “Ada yang kehilangan istri, suami, bahkan anak. Sebagian dari kita juga terdampak ekonomi. Ada yang terkena PHK, ada juga yang berkurang penghasilannya,” ujarnya.

Belum lagi, ia melanjutkan saat ini, di era globalisasi, transformasi digital seperti memiliki dua mata pisau. Jika bisa memanfaatkan, akan menjadi peluang yang sangat baik. Sementara jika tidak dipersiapkan, dampak buruknya tidak bisa diremehkan.

“Derasnya informasi, memberi peluang, juga membuat luka penyakit, banyak informasi hoaks, atau menimbulkan turunnya moralitas di kalangan remaja, dan seterusnya,” kata pria 46 tahun ini.

Karenanya, ia melanjutkan, Ramadhan ini adalah momentum yang sangat tepat untuk mengobati berbagai luka yang akan dibahas kedua nara sumber yang dihadirkan.

Ustadz Faturrahman menyebut bahwa apapun yang disyariatkan Allah subhanahu wa ta’ala akan selalu mendatangkan kebaikan dan menghindarkan dari berbagai keburukan bagi manusia, termasuk syariat puasa.

Ustadz Fatur kemudian mengajak untuk belajar dari seorang ulama bernama Ibnul Qoyyim Al Jauziyah. Menurut Ibnul Qoyyim, hati sangat sering terpapar 2 penyakit.

Kedua penyakit ini kadangkala datang bergantian, kadangkala bahkan datang bersamaan.

“Jika kedua penyakit ini menguasai, pasti membuat kondisi semakin parah dan akan menjadi sebab kehancuran dan kematiannya. Kedua penyakit ini adalah syahwat dan subhat,” ujarnya.

Kedua penyakit ini kemudian, disebut sebagai penyebab utama dari penyakit akhlak. Keduanya, ia melanjutkan, merupakan sumber dari penyakit-penyakit lain.

Ia kemudian menjelaskan ada 5 kaidah umum terapi penyakit hati. Pertama, semua ibadah dan aturan Allah adalah obat penyakit hati.

“Ketika Allah menyariatkan sholat, zakat puasa, haji, kecuali untuk membina hati menjadi sehat. Tujuan Allah menyariatkan sesuatu untuk kebaikan hambanya. Tidak mungkin syariat Allah sia-sia,” tegasnya.

Kedua, efektivitas pengobatan ditentukan kualitas obatnya. Jika puasanya bagus, sholatnya bagus, infaqnya bagus akan pengaruh pada kualitas yang berpengaruh pada efektivitas obat itu.

Ketiga, harus mentaati aturan pemakaian obat yang dibuat produsennya. Dalam konteks ini, produsennya adalah Allah subhanahu wa taala.

“Misalnya, puasa Ramadhan ya di bulan Ramadhan, bukan bulan lain. Sholat sesuai dengan waktunya dan sesuai yang dicontohkan Allah dan Rasul-Nya,” katanya.

Keempat, harus rutin dan kontinyu. Hal ini karena penyakit hati ini akan terus muncul, terus ada , karena pengobatannya harus rutin dan kontinyu.

Kelima, berdoa agar disembuhkan setelah ikhtiar. Berdoa ini menurutnya sangat penting, karena seringkali manusia tidak bisa menguasai diri. Dalam kondisi inilah, manusia butuh intervensi Allah subhanahu wa tala. “Kita makhluk yang lemah yang sering terpapar penyakit hati. Doa kepada Allah yang menguatkan,” tegasnya.

Sementara itu dr Jojok menyampaikan bahwa ibadah puasa yang saat ini dikerjakan ummat Islam seringkali menjadi contoh untuk menjadi gaya hidup yang disarankan dari berbagai komunitas kesehatan di seluruh dunia.

Hal ini karena saat berpuasa, seluruh proses metabolisme tubuh akan berubah drastis saat seseorang melakukan puasa.

Dokter Jojok kemudian mengawali cerita tentang dialog seorang Nasrani dengan seorang Alim tentang kesehatan dan agama.

Suatu saat, seorang Nasrani yang juga tabib pribadi Khalifah Harus Al Rasyid bertanya pada salah seorang ulama, “Dalam Kitab kalian tidak sedikitpun dituliskan ilmu kedokteran,” ujar Jojok menirukan pertanyaan itu.

Kemudian sang Alim menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengumpulkan ilmu kedokteran dalam satu ayat dalam kitab kami.”

Seorang Nasrani bertanya, ”Lalu apakah itu?” Sang alim kemudian membacakan Surat Al Araf ayat 31 yang artinya, “Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.”

“Ayat yang sudah berabad-abad lamanya ini, kemudian baru dikupas saat ini menjadi puasa yaitu intermiten fasting. Puasa Ramadhan ini contoh yang tepat untuk menjadikan diri kita sehat,” tegasnya.

Di klub-klub kebugaran, persis seperti puasa, waktu makan terjadwal. Ada jendela makan dan jendela puasa. Ketika saat jendela makan, baru diperbolehkan makan dan sebaliknya.

“Ini mirip sekali dengan puasa Ramadhan, bahkan melebihi intermiten fasting. Karena kita juga dry fasting, tidak makan dan minum, Kalo yang di kebugaran, masih bisa minum,” katanya.

Penjadwalan makan inilah menurutnya yang membuat tubuh kita semakin sehat, semakin teratur dalam memproses makanan, dan menghindarkan dari berlebih-lebihan yang mengundang berbagai penyakit. Informasi lebih lengkap, Anda bisa menyaksikan di Youtube PKSTV Jatim, selamat menyaksikan. {Irfan}

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*